Batik Sung Sang atau Batik Giriloyo didirikan oleh Bp.Sunhaji dan para warga Desa setempat, Batik Sung Sang atau juga disebut Batik Giriloyo didirikan pada tanggal 26 Januari 2007. Sebelum didirikan, Bp.Sunhaji dan para warga lainnya telah memiliki keahlian sebagai pembatik. Istri Bp.Sunaji bernama Ibu Giyarti Takarina, sejak kecil (kelas 3 SD) telah belajar membatik dari kedua orang tuanya. Apalagi kedua orang tua dari istri Bp.Sunhaji bekerja sebagai pengepul batik, di mana para tetangga mengambil kain mori sebagai bahan dasar untuk membatik lalu mengerjakan proses membatik di rumah. Setelah selesai membatik lalu kain tersebut diserahkan kembali kepada pengepul. Kain tersebut dijual oleh pengepul ke Yogyakarta. Jadi usaha membatik ini diwariskan turun-temurun dari orang tua istri Bp.Sunhaji. Sampai sekarang orang tua dari istri Bp.Sunhaji masih bekerja sebagai pengepul batik.
Namun, setelah terjadi gempa di Bantul, tanggal 26 Mei 2006 menghentikan aktivitas para warga Batik Giriloyo yang bekerja sebagai pembatik. Setelah terjadi gempa ini, banyak bantuan dari LSM yang memberikan bantuan ke Desa Sung Sang Batik atau Batik Giriloyo . Untuk memperoleh bantuan tersebut, persyaratannya adalah dibentuknya suatu kelompok batik yang terkoordinasi dengan baik untuk dapat berkembang. Maka didirikanlah kelompok batik yang kemudian bergabung menjadi sebuah paguyuban yang diberi nama Batik Sung Sang atau Batik Giriloyo .
Kelompok Batik Sung Sang atau Batik Giriloyo sangat aktif dalam hal pengembangan warna alam. Selain menggunakan bahan-bahan pewarna alam yang sudah sering digunakan, antara lain: kulit kayu mahoni, putri malu, gambir, indigo, jolawe, akar pace, jambu biji, tegeran dan daun jati, mereka juga mengembangkan pewarnaan alam dari bahan-bahan baru, seperti: kulit bawang merah dan daun mangga. Ternyata hasil yang diperoleh sangat bagus dibandingkan dengan warna kimia. Sebelumnya kelompok ini mencari bahan pewarna alam disekitar rumahnya namun karena pertimbangan waktu dan biaya maka bahan-bahan tersebut dibeli dari para pengepul pencari warna alam, seperti: kulit kayu mahoni. Warna alami ini sendiri memiliki keunikan, meskipun proses dan jenis bahannya sama, tetapi hasilnya belum tentu sama karena faktor tanah juga ikut mempengaruhi warna tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka bantuan dari LSM pun sudah tidak diberikan kembali. Hal ini berdampak para anggota dari kelompok Batik Sung Sang atau Batik Giriloyo yang sebagian besar ingin meninggalkan usaha membatik ini. Namun ada sebagian kecil yang masih ingin terus melanjutkan usaha ini, antara lain yaitu Bp.Sunhaji. Karena modal dari LSM telah tidak diberikan kembali, maka Bp. Sunhaji menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usaha ini.
Tahun 2008 istri Bp.Sunhaji mengikuti lomba inovasi di Jakarta. Berkat kerja keras dan dukungan dari suami, istri Bp. Sunhaji akhirnya masuk nominasi. Adapun hadiah yang diperoleh selain berupa uang, juga berupa pendampingan strategi pemasaran selama 2 tahun, selain itu juga promosi Batik Sung Sang atau Batik Giriloyo melalui majalah, televisi, radio. Seiring dengan kemajuan usaha ini, maka perkembangan usaha batik ini semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar